SUPERVISI GURU BERDASI

Bagikan ke Teman !

(MEMBANGUN GURU BERDAYA DAN BERINOVASI)

Alam takambang Jadi guru

Penulis:

Saiful Bahri, S.Pd.

SMP Manjushri Padang

malinkayo90@gmail.com

Supervisi merupakan tugas pokok seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya. peraturan Direktur jenderal guru dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi nomor 7327/b.b1/hk.03.01/2023, tentang model kompetensi kepala sekolah, sebagai tertuang pada pasal 5 ayat 6 berbunyi  pengelolaan sumberdaya satuan pendidikan secara efektif, trasparan dan akuntabel. Perdirjen 7327 tahun 2023 tersebut menekankan pentingnya,  meningkatkan  kompetensi  kepala sekolah   dalam mengelola sumber daya satuan pendidikan secara efektif, transparan, dan akuntabel.  Hal yang saya lakukan adalah melaksanakan kegiatan Supervisi berbasis coaching. Supervisi yang dilakukan selama ini belum dapat memperbaiki proses pembelajaran, seyogyanya supervisi yang saya lakukan  dapat memperbaiki proses pembelajaran. Kenapa supervisi belum memberikan dampak perubahan terhadap proses pembelajaran? Dari pengamatan dan pengalaman yang terjadi selama ini dapat dilihat sebagai berikut: 1) Guru lebih fokus pada pemenuhan administrasi pembelajaran; Hampir semua  guru ketika di supervisi  memusatkan perhatian pada dokumen administrasi pembelajaran, seperti RPP, silabus, dan laporan-laporan formal lainnya. Akibatnya, guru  melihat supervisi sebagai ajang untuk mengecek kelengkapan dokumen, bukan sebagai proses untuk memperbaiki kualitas pengajaran. 2) Menggunakan Instrumen  yang telah tersedia; Selama ini saya dalam melaksanakan supervisi cenderung menggunakan instrumen penilaian yang telah tersedia sehingga sebagian guru merasa bahwa masukan atau kritikan yang diberikan oleh kepala sekolah tidak untuk membantunya, melainkan untuk menilai kelemahan guru. Perasaan itu bisa muncul karena cara penyampaian feedback yang kurang tepat, sehingga guru merasa direndahkan atau disalahkan atas kekurangan yang ditemukan selama proses supervisi; 3) Guru kurang nyaman  disupervisi; Muncul perasaan bahwa  guru merasa diawasi atau dinilai secara langsung, karena Supervisi berfokus pada observasi tanpa adanya komunikasi yang mendalam dengan guru sehingga menyebabkan guru menjadi cemas. Mereka takut bahwa kesalahan kecil akan memperburuk penilaian terhadap kinerja mereka, yang akhirnya menghambat potensi mereka untuk berinovasi dan berkembang; 4) Tidak memberikan kemerdekaan pada guru; Supervisi yang terlalu kaku dan fokus pada pemenuhan standar tertentu, menjadi penyebab guru  terjebak dalam  pedoman yang baku, sehingga kurang memiliki kebebasan untuk bereksperimen atau mencoba pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. 5) Supervisi belum menjadi keinginan dari guru; Guru belum melihat supervisi sebagai hal positif atau bermanfaat bagi pengembangan diri mereka. Guru menganggap supervisi sebagai kewajiban atau tugas administratif, bukan sebagai alat untuk membantu mereka bertumbuh dan berkembang dan belajar lebih baik; 6) Supervisi belum suatu yang menggembirakan bagi guru; Supervisi belum dirasakan sebagai pengalaman yang menyenangkan atau menggembirakan bagi  guru. Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang kurang membangun, komunikasi, kolaborasi serta kurangnya ruang bagi guru untuk berefleksi dan berkembang. Dari situasi yang saya lihat, saya mencoba berinovasi untuk melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan adalah merubah supervisi konvensional menjadi supervisi guru berdasi (membangun guru berdaya dan berinovasi) atau dikenal supervisi berbasis Coaching. Dalam pelaksanaan supervisi berbasis Coaching, sebagai kepala sekolah akan dihadapkan dengan berbagai   tantangan. Tantangan yang saya alami ketika melaksanakan supervisi berbasis Coaching: 1) Perubahan pola pikir supervisi: Untuk beralih ke supervisi berbasis coaching, Saya perlu mengubah cara pandang, dari pola pikir  menilai  ke memberdayakan potensi yang dimiliki guru. 2) Menyediaan waktu  dan  konsisten: Menyediakan waktu untuk melakukan coaching yang berkualitas untuk para guru dengan memanfaatkan waktu yang terbatas, karena coaching membutuhkan waktu, konsisten, dan  dilakukan secara berkala 3) Pemberdayaan guru dengan model pendampingan. Keterampilan (bertanya) dalam  coaching merupakan hal yang penting. Karena kegiatan Coaching dilakukan dengan cara bertanya.  Saya  harus memiliki sertifikat Coach. Untuk mendapatkan sertifikat Coach saya harus mengikuti pelatihan Coach sehingga guru terberdayakan dengan maksimal; 4) Penggunaan Teknologi: Pelaksanaan coaching tidak selalu dilaksanakan dengan tatap muka secara langsung. Coaching bisa  menggunakan  platform digital, seperti video conference atau aplikasi khusus. Supervisi berbasis Coaching ini saya lakukan dengan beberapa tahapan, dimana setiap tahapan adanya proses. Adapun tahapan yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

TAHAP I : PERENCANAAN:Perencanaan suatu program kegiatan  merupakan fondasi penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan perencanaan yang matang, langkah-langkah yang diambil menjadi lebih terarah. 1) Siapa yang merencanakan:Perencanaan awal tentunya dari saya sendiri sebagai kepala sekolah,  kemudian disampaikan kepada para wakil kepala sekolah. 2) Mengapa perlu direncanakan: Perencanaan dibuat untuk memastikan bahwa program  supervisi berbasis coaching  berjalan dengan efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan perencanaan yang baik, berbagai kendala bisa diantisipasi sejak awal, waktu dan sumber daya bisa dioptimalkan, serta hasil yang diharapkan lebih mudah dicapai. Perencanaan yang matang juga membantu semua pihak yang terlibat untuk memahami peran dan tanggung jawab mereka. Adapun perencanaan yang saya buat adalah: menyosialisasikan  program supervisi kepada guru, membuat jadwal pelaksanaan, menyiapkan format supervisi. Siapa yang terlibat dalam perencanaan: kegiatan supervisi berbasis coaching ini  saya melibatkan semua guru yang ada di lingkungan sekolah. Saya  sebagai supervisor sekaligus sebagai  Coach, staf  administrasi termasuk berperan penting untuk menyiapkan  logistik dan administrasi yang diperlukan untuk kegiatan ini: Kapan kegiatan dilakukan: Untuk menjawab pertanyaan ini saya menyampaikan pengumuman kepada guru  rencana  pelaksanaan supervisi berbasis coaching dan  membuat  jadwal pelaksanaan coaching dan supervisi.

TAHAP II.  PELAKSANAAN COACHING:

  1. Bagaimana bentuk  kegiatan  yang dilakukan? Coaching adalah proses pendampingan kepada guru. Sebelum saya melaksanakan supervisi, saya melaksanakan pendekatan dengan menggunakan metode coaching. Saya berperan sebagai coach  untuk membantu guru (coachee) menggali potensi sumberdaya, dan menetapkan langkah-langkah  yang diperlukan  untuk mencapai tujuan pengembangan pembelajarannya di dalam kelas. Tujuan utama coaching ini adalah mendorong guru menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid. 2) Di mana coaching saya lakukan? Coaching  dilakukan di ruang kerja kepala sekolah, karena ruang kepala sekolah sekaligus menjadi  ruang coach. Saya melaksanakan coaching diruang tertutup yang nyaman, aman, dan kondusif sehingga guru lebih  terbuka mengungkapkan potensi dirinya.  Jika jarak atau waktu menjadi kendala, coaching juga bisa saya lakukan  secara daring melalui zoom meeting.

Gambar 3.  Coaching melalui platform Zoom

  • Bagaimana proses coaching dilakukan? Proses coaching  saya lakukan sebagai berikut: Pembukaan:  Ketika saya melakukan coaching dengan guru, saya  memastikan guru merasa nyaman, aman, dan memberikan dukungan. Saya memberikan sapaan yang hangat, memotivasi, menanya kabar, dan menanyakan kesibukan. Kemudian saya menanyakan apa tujuan  spesifik yang akan dicapai pada coaching. Menggali potensi  diri guru:  Saya menggali sumber daya atau potensi guru dengan pertanyaan-pertanyan yang reflektif. Setiap jawaban yang diberikan oleh guru, saya klarifikasi.  Berikut  contoh  dari pertanyaan yang saya kemukakan  ketika coaching: Apa tujuan yang spesifik yang akan Bapak/Ibu capai ? Apa langkah-langkah yang akan Bapak/Ibu lakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik? Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi?  Apa tantangan yang Bapak/Ibu  hadapi ketika memberikan pembelajaran berdiferensiasi?  Apa sumberdaya  yang Bapak/Ibu perlukan untuk menghadapi tantangan? Apa kebiasaan baru Bapak/Ibu setelah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi?  dan banyak lagi pertanyaan yang akan muncul, jika guru merasa aman saat dicoaching. Semua jawaban yang diberikan oleh guru, saya catat pada format yang telah saya buat dan sekaligus saya gunakan untuk mengamati guru ketika melakukan supervisi.
 

 Gambar 4. Format sebelum oaching dan supervisi

Setelah  coaching selesai, saya  melakukan konfirmasi jawaban kepada guru untuk dibacanya kembali,  jawaban tersebut menjadi pedoman oleh guru ketika saya melakukan supervisi. Kemudian kami menyepakati dengan guru  kapan akan dilakukan supervisi.   

TAHAP III. Supervisi

  1. Siapa yang terlibat dalam kegitan supervisi? Biasanya dalam melaksanakan supervisi saya melibatkan wakil kepala sekolah atau guru senior. Namun dalam penerapan supervisi berbasis coaching ini, hanya saya sendiri yang melaksanakannya. Sedangkan yang terlibat untuk pelaksanaan supervisi di dalam kelas guru dan  saya sebagai supervisor.  Murid di dalam kelas juga secara tidak langsung terlibat karena mereka adalah subjek dari proses pengajaran. 2) Kapan supervisi  saya dilakukan ? Supervisi dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati ketika  coaching. Jadwal supervisi di tentukan oleh  guru  sesuai dengan jadwal guru tersebut mengajar di kelasnya. 3) Di mana supervisi    dilakukan? Biasanya saya melakukan supervisi  di kelas yang sudah ditentukan oleh guru. Lingkungan kelas yang aman, nyaman  juga memberikan  dampak secara langsung terhadap strategi yang dibahas selama coaching diterapkan. 4) Bagaimana proses supervisin  saya dilakukan?

Tahap persiapan: Sebelum supervisi dilakukan saya dan guru telah menyepakati bahwa  fokus supervisi berdasarkan percakapan coaching. Guru diberikan format yang sudah dibagikan setelah coaching tentang aspek yang akan diamati,  

Pendahuluan : Saya mengamati bagaimana guru membuka pelajaran.  Seperti apakah guru menggunakan metode yang menarik untuk mengawali pelajaran? Apakah guru memotivasi murid dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas? Saya mengamati bagaimana guru mengatur suasana kelas dan memastikan murid siap mengikuti pembelajaran. Apakah guru melakukan kegiatan  Budaya sekolah (Mindfullnees, Silent sitting, berdoa dan sebagainya) Kegiatan inti: Pada tahap ini, saya mengamati bagaimana guru menerapkan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi. Apakah metode yang digunakan sesuai dengan rencana? Bagaimana interaksi guru dengan murid? Apakah murid terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi, atau tugas-tugas yang diberikan? Saya juga juga mengamati bagaimana guru memfasilitasi proses  pembelajaran, memanfaatkan sumber daya, dan mengatasi tantangan yang muncul di kelas. Penutup: Saya mengamati bagaimana guru menutup pelajaran. Apakah guru melakukan refleksi, merangkum pembelajaran? Apakah guru memberikan kesempatan pada murid untuk bertanya atau memberikan umpan balik? Apakah penutupan pembelajaran dilakukan dengan efektif dan relevan terhadap tujuan pelajaran, tyentunya  saya mencatat poin-poin penting yang diamati, baik yang positif maupun yang perlu diperbaiki. Catatan ini akan menjadi dasar untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada guru setelah pengamatan selesai.

Gambar 5. Format Setelah Supervisi

TAHAP IV. Umpan  balik

Setelah pengamatan selesai, saya sebagai supervisor  melakukan umpan balik dengan guru. Saya memberikan apresiasi terhadap hal-hal yang sudah berjalan baik serta  memberikan saran perbaikan untuk aspek-aspek yang memerlukan peningkatan, Saya dan guru meninjau kembali rencana aksi yang telah disepakati. Jika diperlukan langkah-langkah baru, strategi baru, dapat diterapkan pada pertemuan berikutnya. Dari kegiatan supervisi berbasis coaching yang saya lakukan di SMP Manjushri ternyata sangat besar dampak yang dirasakan guru, sebagaimana yang diungkapkan guru ketika  melakukan refleksi: 1) Tidak mencari kesalahan: Supervisi yang dilakukan fokus pada peningkatan potensi yang dimiliki guru  sehingga guru tidak merasa terhakimi, tetapi lebih didorong untuk berkembang; 2) Guru merasa aman dan nyaman: Pendekatan coaching yang lebih mendukung, berkolaborasi; 3) Adanya dialog terbuka: Supervisi berbasis coaching diawali dengan  komunikasi  dua arah, guru dapat berbagi pandangan, menyampaikan aspirasi secara bebas,  direspons dengan saran dan dukungan yang relevan; 4) Guru dapat menuangkan pikiran terhadap proses pembelajaran: Guru diberi ruang untuk mengekspresikan, eksplorasi  dan pemikirannya terkait proses pembelajaran; 5) Guru termotivasi: Supervisi  berbasis coaching, guru lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 6) Guru bebas merefleksid diri: Supervisi berbasis coaching, guru bebas  merefleksi diri tanpa tekanan. Guru dapat meninjau ulang metode yang digunakan, menilai apa yang  sudah berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan, serta merancang langkah-langkah untuk perbaikan; 7) Guru menjadi inovatif dan kreatif: Guru bebas melakukan  eksperimen dengan metode-metode baru, strategi baru, serta dapat melakukan praktek baik kesesama guru pada komunitas belajar, dapat meningkatkan keterlibatan murid dan membuat pembelajaran lebih efektif.  Supervisi berbasis coaching  yang telah saya praktikan di SMP Manjushri Padang telah terbukti melakukan  pendekatan yang efektif dalam mengembangkan  sumber daya guru. Supervisi guru berdasi atau supervisi berbasis coaching  ini dapat menjadi landasan untuk transformasi pendidikan yang lebih baik di masa depan. Berikut beberapa umpan balik yang diberikan  guru setelah melakukan Refleksi:

  1. Bapak Rafdisyam, M.Pd,  Supervisi berbasis coaching membuat saya sebagai guru terasa nyaman ketika disupervisi oleh kepala sekolah, saya merasa memiliki kelebihan tersendiri yang dapat dimaksimalkan ketika melaksanakan proses pembelajran.
  2. Suci Ramayani, S.Pd; Supervisi berbasis coaching yg telah saya laksanakan dengan kepala sekolah, memberikan dampak yg baik dan positif, mengembangkan  kreativitas dan inovasi dalam pembelaran.
  3. Anis Rachmawati, S.Pd: Supervisi berbasis coaching membuat saya lebih memahami kelebihan dan kekurangan yg saya miliki.
  4. Jumadi, S. Pd. B; Supervisi berbasis coaching yang dilakukan oleh kepala sekolah memberikan kenyamanan, saya bebas merancang pembelajaran dan saya termotivasi meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ayo kepala sekolah percepat traspormasi pendidikan dengan supervisi Berdasi !!!

Bagikan ke Teman !

Saiful Bahri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait lainnya